Penat rasanya hari ini. Tanggung jawab, kewajiban, tekanan telah menguras pikiranku. Aku ingin rehat malam ini. Mengembalikan motivasiku, semangatku, yang sedang terkikis. Aku khawatir esok tidak ku lewati dengan baik jika malam ku lewati dengan tidur begitu saja.
Beberapa film dalam hardisk komputerku perlu ku geledah. Aku ingin menonton hanya satu film dan berharap ada yang dapat menyadarkanku.
Entahlah GIE yang ku pilih, mungkin aku rindu perjuangan, idealisme, pemikiran kritis, kesadaran.
Tibalah aku mengingat minggu-minggu ini, aku terlalu menjadi seorang counter. Aku ingat salah satunya, kemarin aku mengkritik habis post seorang sahabat blog tentang hari Valentain. Cukup membuatku sadar komentarku telah mencapai SARA.
Maaf jika komentarku itu terlalu SARA. Aku hanya ingin menunjukkan menentukan benar atau salah itu bukan suatu hal yang ringan. Memang terlihat begitu mudah ketika kita hanya melihat dari satu sisi, maka dari itu aku ingin menunjukkan dari sisi lain. Aku takut ketika teman-teman merasa menjadi orang paling benar, teman-teman menjadi radikal. Sebelum itu terjadi, aku akan memperlihatkan hal-hal yang salah dari sudut pandang berbeda. Menanamkan pemikiran berbeda, sehingga teman-teman menemukan penyeimbangan.
Aku bukan orang paling benar. Setiap tentanganku pasti selalu bisa dibantah juga, kok. Tenang saja.
Aku tau pendapat orang tentang counter. Tukang cari kesalahan. Tidak berani mengambil pilihan benar atau salah. Sok tau. Aku katakan itu benar, tidak terbantahkan. Counter harus sok tau, pintar mencari kekurangan, berada di jalur tengah ketika menentukan karena terlalu melihat secara objektif. Buatku itulah keseimbangan.
GIE, menjadi film yang sangat kompleks. Setiap menontonnya selalu ada yang ingin dibahas. Rasanya post ini tidak cukup membahasnya. Tema, pemikiran, asal-usul. Butuh beberapa post.
Selesai sudah GIE ku tonton. Apa tanggung jawab, kewajiban, tekanan telah hilang? Tentu tidak. Besok aku akan menghadapinya lagi. Biarlah. Aku hanya akan menjalaninya sebisa ku.
Sumber gambar : http://ms.langitilahi.com/sirah-dia-contoh-untuk-manusia-berdosa/
“September 21, 1945, that was the night I died”. Tak lama seorang anak meninggal di sebuah stasiun kereta api. Tahun 1945 adalah tahun kekalahan jepang dalam perang dunia ke-2. Lalu sejauh mana hal tersebut berimbas pada penduduk jepang? Maksud saya, bukan imbas dari kekalahan perang tetapi imbas dari sebuah perang.
Film animasi 2 dimensi atau yang dikenal dengan sebutan manga di jepang menyajikan drama kehidupan kakak-beradik yang berusaha hidup dalam kondisi peperangan. Apakah mereka memahami peperangan? Tidak. Yang mereka tau bagaimana tetap dapat menjalani hidup dengan kebahagiaan.
Full flashback, yap, film ini adalah flashback dari anak yang meninggal di stasiun kereta api, anak lelaki itu bernama Seita (lupa nama lengkapnya!). Seita dan Setesuko sang adik tinggal bertiga dengan ibu mereka. “Be a good girl, Setsuko”, merupakan pesan terakhir sang ibu sebelum meninggal akibat tubuhnya terbakar ketika penyerangan. Meninggalnya sang ibu memaksa anak-anak ini hidup bersama bibi mereka.
Perang telah membawa kehidupan baru pada Seita dan Setsuko. Seperti sebuah kehidupan yang belum layak untuk mereka jalani. Saat anak seumuran mereka tertawa lepas, barmain, berlari. Terlintas anak-anak jalanan yang kehilangan masa kecil dalam pikiran saya. Tentu tidak ada orang yang mengingikan kondisi seperti itu, kehilangan masa tertentu dalam hidupnya. Tapi ada orang yang harus mengalaminya. Film ini tidak hanya menunjukkan buruknya peperangan, tetapi memperlihatkan kehidupan anak-anak jalanan yang tidak berdaya. Sangat merubah pandangan saya terhadap anak jalanan.
Saya teringat pada sebuah cerpen mengenai kunang-kunang. Mitosnya kunang-kunang adalah jelmaan dari manusia yang meninggal. Saya kira hanya di Indonesia ada mitos seperti itu, ternyata saya melihat mitos itu seperti tepat pada film ini. Saat perang banyak jiwa melayang dan banyak kemunculan kunang-kunang disekelilingnya. Seperti ketika ruh Setsuko ruh Seita bertemu, kunang-kunang mengelilingi mereka.
Mmmm….
Kapan ya saya terakhir kali melihat kunang-kunang?
Label: Film