Tulisan ini dibuat karena rasa protes sekaligus kecewa gw ke dosen-dosen yang terlalu banyak mengajarkan kebijaksanaan saat kuliah hingga tugas utama mengajarnya terabaikan.
***
Malaikat bertebaran di senatero semesta. Mengamati mahluk Tuhan bernama manusia. Ia tak pernah mengerti mengapa Tuhan menciptakan manusia, menjadikannya sebagai mahluk paling mulia yang diciptakan. Benci! Tidak, malaikat tidak memiliki nafsu untuk membenci. Ia hanya tidak pernah mengerti. Seandainya ia diciptakan dengan nafsu mungkin ia akan memilih menjadi seperti iblis yang berusaha membuktikan manusia hanya mahluk gagal.
Melayang-layang lah malaikat mendampingi manusia. Kanan dan kiri. Mencatat kelakuan manusia. Untuk apa! Bahkan Tuhan telah berkata pahala manusia tidak akan mampu menutupi dosa, hanya rahmat-Nya yang mampu menolong dari jilatan lidah api neraka. Tugas sia-sia malaikat tetap tidak membuatnya urung bertugas, tidak seperti manusia yang memilih berhenti berusaha saat sia-sia yang ia rasakan.
Ia memilah-milah tidak-tanduk manusia dalam dua buku. Kebaikan – kejahatan. Apa ia benar-banar tau arti dua kata itu! Atau lagi-lagi hanya menjalankan tugas! Dasar apa yang ia gunakan untuk memilah tindakan manusia!
Ia adalah mahluk paling dekat dengan Tuhan. Bahkan dengan menjadi mahluk paling dekat sekalipun ia masih tidak paham kebijaksanaan Penciptanya. Bagaimana dengan manusia! Tuhan masih memberi kesempatan setiap mahluknya untuk memahami pemikirannya – lewat tulisan-Nya. Ya, Tuhan saja meminta mahluknya mempelajari dari apa yang tertulis, entah di kertas atau di alam.
Dari membaca kita memahami. Sejauh mana kita mampu memahami! Tuhan memberi kesempatan untuk pemahaman yang terbatas. Apakah kita yakin yang kita pahami sudah sesuai dengan maksud-Nya!
Sementara malaikat terdiam dalam ketidak pahamannya, manusia telah terlalu yakin dengan pemahamannya hingga berusaha mencekoki pemahaman yang terbatas kepada manusia lain. Biarkan manusia memahami sendiri kehendak Tuhan lewat membaca, biarkan manusia memilih pemahamannya.
Sapaikan saja pemahaman 'kalian', jangan terlalu yakin 'kalian' telah benar-benar memahami kebijaksanaan-Nya.
Setiap koin bermuka dua, hanya satu muka yang dapat kita lihat dalam satu waktu. Yang terlihat benar bisa salah di lain waktu.
0 komentar:
Posting Komentar