Namanya mang Karnang. Kata mas Agus itu nama bapak tua yang suka bebersih di pondok gw.
Bapak yang tinggal dengan istri dan anak ketiganya. Anak pertama yang telah berkeluarga adalah lulusan SD. Anak kedua sampai menamatkan SMP dan sekarang pun telah berkeluarga. Dan anak ketiganya sekarang sedang bersekolah di SMP negeri di Jatinangor. Kelas dua.
Mang Karnang adalah petani, lebih tepatnya buruh tani yang masih bertahan di arus urbanisasi Jatinangor yang begitu besar. Ketika sebagian besar sawah-sawah telah berubah menjadi indekos, ia menggantungkan mata pencariannya dari petak-petak sawah yang masih tersisa. Entah sampai kapan.
Beberapa kali gw ngobrol dengan mang karnang. Menghabiskan rokok. Tidak semua pembicaraannya bisa gw mengerti, tetapi bukan alasan untuk tidak gw pahami. Ia sering berada di pondok ini untuk membersihkan sampah. Membakarnya. Berjaga malam karena terkadang ada saja orang iseng yang melirik kamar-kamar berisi mahasiswa yang sedang tidak mawas. Apakah ia mendapat bayaran atas semua ini? tidak.
Benar, gw ga bohong. Lelaki tua ini tidak mendapat bayaran dari yang ia lakukan di sini. Lalu untuk apa ia mau datang malam-malam menjaga benda-benda kami dari orang iseng. Ia hanya bosan dengan kemiskinan yang ia rasakan selama hidupnya. Terkadang malam menjadi temannya. Teman terbaik yang mengeri dirinya. Teman yang hanya diam melihat keluh kesah yang tampak dari wajahnya.
Kerutan diwajahnya terus melipat. Usia telah memakan tenaganya. Tidak banyak yang dapat ia lakukan untuk merubah nasibnya sekarang. Menanti para pemilik ladang sawah yang terlalu sibuk untuk mencangkul sendiri. Panggilan akan tiba, dan ketika saat itu tiba, sedikit uang untuk keluarganya akan didapat.
Dalam obrolan kami, tawa hampir tidak lepas dari mulutnya. Beban kehidupannya tidak hilang dengan tawa. Mungkin setidaknya sedikit tawa bisa membuat ia lepas dari beban ini.
Hanya sehelai daun yang tersisa
Menempel di ujung ranting
Pohon itu seusia dengan ku
Tidak lama lagi ia akan kehilangan segalanya
Kehilangan daun-daun yang selama ini menemani
Pun diriku
Selamat tinggal sayang.
***
0 komentar:
Posting Komentar