Lomba Fotografi Fapet Unpad

on Selasa, 09 November 2010


LOMBA FOTO “FAPET FAIR 2010”

TEMA LOMBA FOTO
“KURBAN DAN TERNAK UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING 2014”
Obyek foto yaitu segala aktivitas dan kegiatan menjelang dan sesudah Idul Adha. Karya menggambarkan kebutuhan daging ternak sebagai bahan pangan.


HADIAH LOMBA FOTO
Juara 1 : Uang Tunai Rp. 750.000, Trophy, Piagam, Bingkisan Sponsor.
Juara 2 : Uang Tunai Rp. 500.000, Trophy, Piagam, Bingkisan Sponsor.
Juara 3 : Uang Tunai Rp. 300.000, Trophy, Piagam, Bingkisan Sponsor.


BIAYA PENDAFTARAN
Rp 25.000., (dua puluh lima ribu rupiah)
Di Transfer melalui Rekening:
Menghubungi CP.

TEMPAT PENDAFTARAN
Sekretariat : Student Center Fakultas Peternakan Unpad
Jl. Raya Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang.
Atau menghubungi CP

BATAS AKHIR PENGUMPULAN FOTO
Senin 30 November 2010 (melalui Email : Rahmi_fapet08@yahoo.com )

DEWAN JURI
1. Dwi Cipto Budinuryanto (Pengamat bidang Peternakan)
2. Deni Sugandi (Fotografer)
3. Galih Sedayu (Pegiat foto)


KETENTUAN LOMBA FOTO PETERNAKAN UNPAD

• Lomba foto terbuka untuk masyarakat umum di seluruh Indonesia.
• Karya foto harus orisinil dan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apapun atau sedang tidak diikutsertakan dalam lomba sejenis.
• Setiap peserta mengumpulkan paling banyak lima foto.
• Foto yang dikirim berupa softcopy file format jpeg, ukuran sisi terpanjang 2500 pixel, yang dikirim ke Email: rahmi_fapet08@yahoo.com dan diberi keterangan tentang: judul foto, nama, alamat lengkap & nomor telepon.
• Peserta dapat mengirimkan foto beserta bukti pembayaran melalui email yang tertera di atas.
• Warna foto bebas & olah digital diperbolehkan kecuali menambah atau mengurangi elemen gambar dalam foto.
• Segala sesuatu yang menyangkut perijinan pemotretan menjadi tanggungjawab peserta. Panitia tidak bertanggung jawab terhadap adanya tuntutan pihak lain atas penyertaan, peralatan, lokasi, model, obyek lainnya dalam foto yang dikirimkan.
• Seluruh foto yang masuk menjadi dokumen panitia BEM Peternakan UNPAD dan Hak cipta tetap menjadi milik masing-masing fotografer.
• Keputusan Dewan Juri mutlak, sah & tidak dapat diganggu gugat.

Informasi lanjut,
Panitia lomba foto “Fapet Fair 2010”
Sekretariat : Student Center Fakultas Peternakan Unpad
Jl. Raya Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang.
Cp : Sugeng Utomo (085693118967)
Rahmi A (085294792790)
E-mail : rahmi_fapet08@yahoo.com 

 

Hanya

on Jumat, 29 Oktober 2010


Tulisan ini dibuat karena rasa protes sekaligus kecewa gw ke dosen-dosen yang terlalu banyak mengajarkan kebijaksanaan saat kuliah hingga tugas utama mengajarnya terabaikan.
***
Malaikat bertebaran di seatero semesta. Mengamati mahluk Tuhan bernama manusia. Ia tak pernah mengerti mengapa Tuhan menciptakan manusia, menjadikannya sebagai mahluk paling mulia yang diciptakan. Benci! Tidak, malaikat tidak memiliki nafsu untuk membenci. Ia hanya tidak pernah mengerti. Seandainya ia diciptakan dengan nafsu mungkin ia akan memilih menjadi seperti iblis yang berusaha membuktikan manusia hanya mahluk gagal.
Melayang-layanglah malaikat mendampingi manusia. Kanan dan kiri. Mencatat kelakuan manusia. Untuk apa! Bahkan Tuhan telah berkata pahala manusia tidak akan mampu menutupi dosa, hanya rahmat-Nya yang mampu menolong dari jilatan lidah api neraka. Tugas sia-sia malaikat tetap tidak membuatnya urung bertugas, tidak seperti manusia yang memilih berhenti berusaha saat sia-sia yang ia rasakan.
Ia memilah-milah tidak-tanduk manusia dalam dua buku. Kebaikan – kejahatan. Apa ia benar-banar tau arti dua kata itu! Atau lagi-lagi hanya menjalankan tugas! Dasar apa yang ia gunakan untuk memilah tindakan manusia!
Ia adalah mahluk paling dekat dengan Tuhan. Bahkan dengan menjadi mahluk paling dekat sekalipun ia masih tidak paham kebijaksanaan Penciptanya. Bagaimana dengan manusia! Tuhan masih memberi kesempatan setiap mahluknya untuk memahami pemikirannya – lewat tulisan-Nya. Ya, Tuhan saja meminta mahluknya mempelajari dari apa yang tertulis, entah di kertas atau di alam.
Dari membaca kita memahami. Sejauh mana kita mampu memahami! Tuhan memberi kesempatan untuk pemahaman yang terbatas. Apakah kita yakin yang kita pahami sudah sesuai dengan maksud-Nya!
Sementara malaikat terdiam dalam ketidak pahamannya, manusia telah terlalu yakin dengan pemahamannya hingga berusaha mencekoki pemahaman yang terbatas kepada manusia lain. Biarkan manusia memahami sendiri kehendak Tuhan lewat membaca, biarkan manusia memilih pemahamannya.
Sapaikan saja pemahaman 'kalian', jangan terlalu yakin 'kalian' telah benar-benar memahami kebijaksanaan-Nya.
Setiap koin bermuka dua, hanya satu muka yang dapat kita lihat dalam satu waktu. Yang terlihat benar bisa salah di lain waktu.
Jatinangor, 22 oktober 2010

Pemahamannya Tidak Lebih Baik

on Jumat, 22 Oktober 2010


Tulisan ini dibuat karena rasa protes sekaligus kecewa gw ke dosen-dosen yang terlalu banyak mengajarkan kebijaksanaan saat kuliah hingga tugas utama mengajarnya terabaikan.
***
Malaikat bertebaran di senatero semesta. Mengamati mahluk Tuhan bernama manusia. Ia tak pernah mengerti mengapa Tuhan menciptakan manusia, menjadikannya sebagai mahluk paling mulia yang diciptakan. Benci! Tidak, malaikat tidak memiliki nafsu untuk membenci. Ia hanya tidak pernah mengerti. Seandainya ia diciptakan dengan nafsu mungkin ia akan memilih menjadi seperti iblis yang berusaha membuktikan manusia hanya mahluk gagal.
Melayang-layang lah malaikat mendampingi manusia. Kanan dan kiri. Mencatat kelakuan manusia. Untuk apa! Bahkan Tuhan telah berkata pahala manusia tidak akan mampu menutupi dosa, hanya rahmat-Nya yang mampu menolong dari jilatan lidah api neraka. Tugas sia-sia malaikat tetap tidak membuatnya urung bertugas, tidak seperti manusia yang memilih berhenti berusaha saat sia-sia yang ia rasakan.
Ia memilah-milah tidak-tanduk manusia dalam dua buku. Kebaikan – kejahatan. Apa ia benar-banar tau arti dua kata itu! Atau lagi-lagi hanya menjalankan tugas! Dasar apa yang ia gunakan untuk memilah tindakan manusia!
Ia adalah mahluk paling dekat dengan Tuhan. Bahkan dengan menjadi mahluk paling dekat sekalipun ia masih tidak paham kebijaksanaan Penciptanya. Bagaimana dengan manusia! Tuhan masih memberi kesempatan setiap mahluknya untuk memahami pemikirannya – lewat tulisan-Nya. Ya, Tuhan saja meminta mahluknya mempelajari dari apa yang tertulis, entah di kertas atau di alam.
Dari membaca kita memahami. Sejauh mana kita mampu memahami! Tuhan memberi kesempatan untuk pemahaman yang terbatas. Apakah kita yakin yang kita pahami sudah sesuai dengan maksud-Nya!
Sementara malaikat terdiam dalam ketidak pahamannya, manusia telah terlalu yakin dengan pemahamannya hingga berusaha mencekoki pemahaman yang terbatas kepada manusia lain. Biarkan manusia memahami sendiri kehendak Tuhan lewat membaca, biarkan manusia memilih pemahamannya.
Sapaikan saja pemahaman 'kalian', jangan terlalu yakin 'kalian' telah benar-benar memahami kebijaksanaan-Nya.
Setiap koin bermuka dua, hanya satu muka yang dapat kita lihat dalam satu waktu. Yang terlihat benar bisa salah di lain waktu.

Diikuti atau Mengikuti

on Selasa, 19 Oktober 2010

Lagi liat-liat blog orang entah dari blogspot, wordpress, ato tumlr gw malah melihat hal aneh. Ini buat gw  kali ya, ga tau apa orang lain juga merasakan kalo punya blog ataupun jejaring sosial yang lain selalu berharap ingin ada yang mengikuti. Setidaknya jumlah blog itu dibaca orang lain cukup tinggi. Atau juga setidaknya kalo lagi dicari sama paman Google ada diurutan pertama.
Salah ga sie mau jadi populer. Jadi pusat. Diikuti banyak orang. Mungkin ga masalah, tapi kembali lagi dunia maya selalu kembali pada : Apakah saya sama jika di dunia nyata?. ha.ha.ha sejujurnya gw lagi males bercermin untuk diri sendiri, belakangan memang tidak pernah berakhir sesuatu 'itu'. Bisa jadi ada benarnya ketika di dunia nyata apa yang gw lakukan berbeda dari dunia maya. Kalo di dunia maya gw berusaha diikuti banyak orang dengan usaha-usaha tak kenal malu, Mmm.... kalo di dunia nyata disuruh maju sama dosen juga mikir-mikir.
Sebenernya kalo gw konsisten dengan harapan populer seperti di dunia maya, semestinya waktu mendapat kesempatan unjuk taring gw ga bakal menyia-nyaikan. Yah, tapi memang seperti ini hidup. Beda sama mimpi. Kadang mimpi bisa jauh lebih indah dari kenyataan, tapi terkadang juga mimpi malah bisa lebih kejam dari kenyataan. So, tong lila-lila teuing sare teh... hahahaha...
***
sudah lama ga nulis di blog. sbenernya materi tulisan ada, tapi ga beres ditulis mulu. gara2 .... Mmm... sesuatu yang tidak ingin dipendam terlalu lama, tapi juga ga ingin dilepas..

Owww...... Hahahha

on Sabtu, 25 September 2010


Seorang dosen tergesah-gesah menjelaskan materi kuliah di ruang yang telah dipenuhi mahasiswa berwajah muda-mudi. Entah mengapa. Mungkin ia sedang terburu-buru akibat ada urusan mendesak membuatnya seperti dikejar berekor-ekor anjing, atau mungkin ia sedang merasa tidak enak badan sehingga ingin menyegerakan tugasnya, atau mungkin ia sudah bosan melihat mata-mata mahasiswa yang terbuka lebar tapi entah otaknya.
Penjelasannya mulai kacau, pilihan katanya mulai tidak teratur. Ia masih terus memaksakan diri dalam ketidaknyamanan. Hingga kalimat pamungkas bertebaran dari mulutnya yang membuat para mahasiswa memicingkan mata keheranan sekaligus menjadi ciut hatinya.
“Pengolahan susu memang sulit. Susah-susah sulit!”
Dan kemudian mahasiswa-mahasiswi keluar ruang dengan muka muram, wajahnya seperti meleleh. Semester ini akan berat untuk dilalui.

Serigala Terakhir

on Rabu, 01 September 2010


Hooeeeek….. muntah gw tengah malem nonton ni film. Asli ga penting dan buruk banget ni film. Isi filmnya adalah:
Teriak ;”Aarrggghhhh…”
Nangis : “Hiks… Hiks… ;(“
Tembak : “An***g! mati lu!”
Selesai. Diulang lagi.
Teriak ;”Aarrggghhhh…”
Nangis : “Hiks… Hiks… ;(“
Tembak : “An***g! mati lu!”
Lagi.
Teriak ;”Aarrggghhhh…”
Nangis : “Hiks… Hiks… ;(“
Tembak : “An***g! mati lu!”
 Dan lagi.
Teriak ;”Aarrggghhhh…”
Nangis : “Hiks… Hiks… ;(“
Tembak : “An***g! mati lu!”
Tapi ada yang lain.
“Ibu… maafkan aku.. ;(“
Tembak lagi.
“Aagggrhh..”
Selesai.
Dan gw, Hoooeeeekkkkkssssssss…….
Najis!

emo!!!

on Rabu, 25 Agustus 2010

Pernahkah setetes air yang menetes dari langit lupa pada langit?
atau pernahkah butiran-butiran garam itu lupa pada lautan?
Lupakah kita pada-Nya?
***
Taukah kamu rasanya ketika segumpal benda, ya, mungkin benda, atau bukan benda yang merogoh-rogoh dada ingin keluar karena sudah tidak tahan.
Tidak tahan?
Tidak lagi tahan berada dalam tubuh yang munafik penuh pendustaan.
***
Siapa?
Aku? tidak, aku tidak mendusta.
Aku tidak membohongi benda atau bukan benda itu?
Benda atau bukan benda itu bukan tidak tahan pada kebohongan, tetapi pada kejujuran.
Kamu tau bukan? kejujuran itu pahit, layaknya obat tablet yang lebih baik langsung ditelan ketimbang diemut lama-lama.
***
Kamu. Kamu tidak akan tahu rasanya bagaimana sebuah gumpalan yang ingin merobek dada kemudian keluar.
Kecuali, kamu rasakan sendiri.
Seandainya ada sebilah pisau, kan ku robek dada ini dan membiarkan benda yang bukan benda itu keluar.
Biarkan ia mencari tubuh baru yang bisa menyamankannya.
Kemudian aku?
Terakhir kalinya, aku bukan munafik nan pendusta.
Aku jujur.
Jujur mengatakan hidupku yang semakin tak jelas dan berarti.
Dan jujur, benda yang bukan benda itu terlalu naif.
***

Cabut Terus

on Kamis, 05 Agustus 2010

Sudah tiga kali civitas kampus, khususnya mahasiswa melakukan perubahan di Indonesia. Pertama berhasil memerdekakan Indonesia, kedua meruntuhkan rezim Soekarno, ketiga mengakhiri masa Suharto yang mengekang kebebasan. Setelah itu kebebasan menjadi hak setiap orang. Pemerintahan demokratis terbentuk. Maka bisa dibilang pemerintahan ideal dengan demokrasi berasal dari kampus. Lalu bagaimana kondisi demokrasi saat ini di kampus?
Beberapa hari yang lalu teman ku yang aktif di kampus menjalankan tugas menampung aspirasi mahasiswa dengan menempel kertas karton berukuran lebih kurang 1 meter persegi di salah satu pakom. Tujuannya jelas, menampung saran, kritik, masukan terhadap oraganisasi terbesar di UNPAD. KEMA. Penampungan aspirasi di tingkat fakultas ini selalu menjadi keluhan mahasiswa ketika sidang. Organisasi yang ia geluti, BPM, selalu dikritik tidak menampung aspirasi dari fakultas. Sekarang ia menjalankan fungsi utama organisasinya. Sebuah bukti organisasinya bukan mainan.
Kebetulan saya ikut membantu karena saya yang juga memiliki tugas yang sama dalam ruang lingkup yang lebih kecil dari teman saya. Di hari pertama penempelan telah tertulis 4 aspirasi. Di hari kedua dan ketiga saya lupa untuk mengecek. Dan di hari keempat karton kuning itu telah tiada. Saat ditanya apakah karton itu telah diambil teman saya, jawabannya tidak. Informasi yang ia dapat karton itu telah dicabut orang lain, entah siapa.
Sunggung memalukan cara mahasiswa seperti itu ketika tidak menyetujui (kontra) terhadap organisasi teman saya. Laporan seperti ini pernah saya dapat dari senior yang dulu melakukan penampungan aspirasi. Belum lama menempel sudah dicabut. Mungkin seperti ini peninggalan Orba yang memunculkan orang-orang yang takut berpendapat sehingga mereka sembunyi-sembunyi. Sudah bukan zamannya orang menunjukkan sikap kontranya dengan sembunyi-sembunyi.
Lawan tulisan dengan tulisan. Lawan perkataan dengan perkataan. Dengan begitu domokrasi yang mengarah pada kebebasan dapat terwujud. Bertanggung jawab!!

Idealisme atau Munafik

on Selasa, 03 Agustus 2010

Hehehe
Dah, kebelet banget mau posting tentang dosen yang. Hahaha... Bilangnya idealis tapi nothing.
Setelah kita (gw ma temen-temen yang dah ngebentuk kelompok untuk PKM taun ini) berjuang (sedikit) keras mencari materi untuk mewujudkan ide penelitian dengan googling dan diskusi ma dosen, ujung-ujungnya mental langsung sama seorang dosen yang ngotot penelitian ini percuma dan ga perlu. Wow....
Pertama ketemu dia, gw jelasin latar belakang yang sebenarnya atau menurut gw cukup kuat. Dibantah satu gw masih ada latar belakang lain (setelah diskusi beberapa hari sebelumnya), penelitiannya masih sama tapi sudut pandangnya dirubah. Si dosennya terima. Wuihhh.... dengan syarat kami harus cari litelatur yang menunjukkan penelitian ini mungkin.
Tiga hari. Siph...
Ujungnya ketemu dia setelah lima hari. Dan kami siap. Bukti penelitian yang dapat menunjukkan penelitian kami memungkinkan sudah ada. Kemudian apa kata dia? Yakin, itu pengambilan datanya benar.
Mana gw tau, kan bukan yang ngelakuin.
Penelitian itu menunjukkan hasil yang sangat signifikan, sehingga jika dilakukan akan memberikan peran terhadap manusia yang bisa jadi juga signifikan. Penelitian yang gw dapet dari googling itu memang berbeda dengan ide penelitian kami dari objek dan metode yang nanti dilakukan tetapi penelitian itu menunjukkan kemungkinan hipotesis kami.
Pada akhirnya, yah, batal. Capek debatnya kalo yang diajak debat ga mau membuka mata. Udah dikasih bukti, tetep aja ngotot.
Pada dasarnya penelitian itu bertujuan menemukan sesuatu, atau membuktikan sesuatu, tidak selalu harus melakukan sesuatu yang sudah pasti bisa dilakukan. Untuk apa?
Dan akhirnya ia memberikan ide penelitian dengan sangat percaya diri setelah membantai ide kami. Tau kah kamu, setelah melihat litelatur (dari dosennya) ternyata penelitian ini sudah pernah ada. Hanya sedikit perubahan dan pengoptimalan, sisanya sama aja!!!
Ohhh..... membayangkan wajahnya yang dengan bangga mengagungkan idealisme itu membuat perutku geli dan bergejolak ingin muntah...

Hidupnya


Namanya mang Karnang. Kata mas Agus itu nama bapak tua yang suka bebersih di pondok gw.
Bapak yang tinggal dengan istri dan anak ketiganya. Anak pertama yang telah berkeluarga adalah lulusan SD. Anak kedua sampai menamatkan SMP dan sekarang pun telah berkeluarga. Dan anak ketiganya sekarang sedang bersekolah di SMP negeri di Jatinangor. Kelas dua.
Mang Karnang adalah petani, lebih tepatnya buruh tani yang masih bertahan di arus urbanisasi Jatinangor yang begitu besar. Ketika sebagian besar sawah-sawah telah berubah menjadi indekos, ia menggantungkan mata pencariannya dari petak-petak sawah yang masih tersisa. Entah sampai kapan.
Beberapa kali gw ngobrol dengan mang karnang. Menghabiskan rokok. Tidak semua pembicaraannya bisa gw mengerti, tetapi bukan alasan untuk tidak gw pahami. Ia sering berada di pondok ini untuk membersihkan sampah. Membakarnya. Berjaga malam karena terkadang ada saja orang iseng yang melirik kamar-kamar berisi mahasiswa yang sedang tidak mawas. Apakah ia mendapat bayaran atas semua ini? tidak.
Benar, gw ga bohong. Lelaki tua ini tidak mendapat bayaran dari yang ia lakukan di sini. Lalu untuk apa ia mau datang malam-malam menjaga benda-benda kami dari orang iseng. Ia hanya bosan dengan kemiskinan yang ia rasakan selama hidupnya. Terkadang malam menjadi temannya. Teman terbaik yang mengeri dirinya. Teman yang hanya diam melihat keluh kesah yang tampak dari wajahnya.
Kerutan diwajahnya terus melipat. Usia telah memakan tenaganya. Tidak banyak yang dapat ia lakukan untuk merubah nasibnya sekarang. Menanti para pemilik ladang sawah yang terlalu sibuk untuk mencangkul sendiri. Panggilan akan tiba, dan ketika saat itu tiba, sedikit uang untuk keluarganya akan didapat.
Dalam obrolan kami, tawa hampir tidak lepas dari mulutnya. Beban kehidupannya tidak hilang dengan tawa. Mungkin setidaknya sedikit tawa bisa membuat ia lepas dari beban ini.

Musim gugur tiba
Hanya sehelai daun yang tersisa
Menempel di ujung ranting
Pohon itu seusia dengan ku
Tidak lama lagi ia akan kehilangan segalanya
Kehilangan daun-daun yang selama ini menemani
Pun diriku
Selamat tinggal sayang.
***

Membentuk kebiasaan anak

on Senin, 05 Juli 2010


Sore itu gw dibuat makin kaget dengan cara mas agus mendidik – memberi contoh – membentuk kebiasaan anaknya yang belum genap 2 tahun.
Mas Agus, si menantu ibu kos yang suka ke kosan bantu-bantu kerjaan yang ada di kosan. Minggu ini dia diminta bantu ngecet kosan yang udah mendekati kontrak baru di bulan Juli. Biar keliatan bagus kosannya. Gw sering ngobrol-ngobrol sama dia, termasuk sore itu.
Beberapa bulan sebelumnya gw ngobrol-ngobrol di depan kamar. Ceritanya dia ga ngelanjutin sekolah setelah SMP. Ga ada biaya,katanya. Sekarang kerjanya kalo ada proyek reparasi alat elektronik, atau ngga dia ngojek di daerah jatinangor. Waktu baru punya anak. Cerita dia. Anaknya ga dikasih ASI dengan intensif, maksudnya  ASInya dah langsung ditambah pengganti ASI. Apa ibunya ga bisa ngasih ASI? Bukan, Mas Agus sengaja ga ngasih. Menurut dia kalo anaknya dikasih ASI nanti anaknya jadi susah dipisahin dari ibunya,. Jadi bandel waktu ASInya berenti. Entah itu ilmu didapet dari mana. Untngnya si anak masih keliatan sehat.
Beberapa minggu setelahnya gw ngobrol-ngobrol lagi sama dia tentang UNPAD yang mulai menutup akses masyarakat sekitas untuk masuk ke kampus. Anaknya datang sama ibunya. Keliatannya ni anak emang lebih deket sama bapaknya, jadi tiap bangun tidur dia biasannya langsung nyari Mas Agus. Ga lama ibunya pergi karena masih ada kerjaan di bawah. Mas Agus menyulut api. Nyalain rokok. Gw cuma ngeliatin aja, anaknya yang lagi dia gendong sambil ngeroko diem aja. Ga apa-apa Mas ngeroko didepan anak kecil? Ga apa-apa, kan anak perempuan. Kalo anak laki-laki tar diikutin, kalo perempuan mah ngga. Begitu jawab dia. Di kampus gw perempuan ngeroko udah makin banyak, gw sie ga terlalu mikirin. Tapi apa mungkin awalnya karena orang tua kayak Mas Agus yang berpikir ngeroko di depan anak perempuan aman, jadilah makin banyak perokok aktif.
Dan sore itu.  Gw makin suka main di saung belakang kosan. Biasanya anginnya seger, ga berisik suara lagu-lagu anak-anak kosan. Sambil ngopi plus rokok gw menghabiskan sore di sana. Sore itu gw berdua sama Mas Agus. Biasa ngobrol sana-sini yang memang ga penting sie. Ujungnya kita ngopi di sana, anaknya yang udah datang dari tadi ngeliatin kopi terus. Apa? Mau kopi? Kata Mas Agus ke anaknya. Masih panas. Si anak ngelanjutin ngemil kuaci. Setelah kuaci abis, si anak kembali mendekati kopi yang sekarang udah lebih dingin. Ini. Mas Agus ngodorin gelas berisi kopi. Diteguknya kopi oleh si anak. Ko dikasih kopi mas? Iya, biasanya juga 1 gelas dia yang habisin.

Fenomena : nonton bokep, ko jadi lazim

on Kamis, 17 Juni 2010

     Di bulan Juni acara-acara gosip lagi rame banget ngebahas video artis gara-gara ada yang nyebar di internet. Dan liat, orang-orang jadi dengan santainya nanya, "udah liat video artis a/b/s?". Dan kemudian dijawab pula dengan santai, "gw udah nonton semua dah.". Mau cowo, mau cewe sama-sama bertanya dan menjawab dengan santai, seperti pertanyaan dan jawaban, "udah makan belom?". Ditanyakan seakan bukan rahasia, dijawab seakan sesuatu yang biasa aja nonton yang begitu. Lazim. Normal. Seperti tidak ada norma yang dilanggar.
Wow!!!!

curiga mencurigai

on Selasa, 15 Juni 2010


Pengalaman ikut PKM ternyata benar-benar membuka mata gw tentang berbagai hal. Salah satunya korupsi. Dana yang kelompok gw ajukan dalam proposal tenyata hanya sekitar 75% yang di acc. Dan ternyata bukan hanya kelompok gw yang mengalami perlakuan ini, hampir seluruh kolompok PKM didanai tidak lebih dari 7 juta. Yang jadi masalah adalah tidak ada kejelasan mengapa dana yang sebelumnya dijanjikan 10 juta maksimal justru menjadi 7 juta maksimal. Tentu ini menimbulkan prasangka-prasangka negatife, kemana uangnya?
Sabagai pelaksana bisa dibilang gw ga bisa ngapa-ngapai dengan masalah ini. Ya, mungkin sebenernya untuk mencari kejelasan bisa saja, tapi, ah, ribet, males. Kerjain aja pake yang ada. Lagian dana 75% itu cukup. Ups, kok cukup? Iya, karena dalam proposalnya anggaran yang diperkirakan sudah di-markup. 50% dari pengajuan juga sebenernya cukup.
Melihat pelaksanaan PKM oleh mahasiswa, bisa dibilang sedikit menimbulkan kecurigaan dari UNPAD. Ini dilihat dari secara tiba-tiba laporan akhir harus disertai bukti konkrit penggunaan dana hibah. Padahal sebelumnya tidak diminta. Mungkin benar, dana yang seharusnya digunakan seluruhnya untuk menjalankan PKM malah banyak yang dibelokkan oleh pelaksananya.
Seketika itu pula gw jadi bingun. Mahasiswa – pejabat, sama-sama curiga, sama-sama mengawasi. Sama-sama cari celah, sama-sama ngorek borok. Sampe lupa sama diri sendiri.
Bukan cuma orang yang sudah berkedudukan yang potensi korupsi. Pelajar juga bisa.  Yaa, maklum lah, kapitalis, hedonis, individualis, sudah tumbuh dari kecil. Makin banyak Mr.Krab-Mr.Krab baru ni.

Cuma Satu

on Sabtu, 05 Juni 2010


Suatu saat nanti ketika gw bakal meninggal, ada satu hal yang paling ingin gw lakukan. Bukan lakukan lebih tepatnya, tapi rasakan. Gw mau merasakan nikmatnya memiliki Tuhan.
Gw punya Tuhan, tapi ga pernah bisa gw nikmati.
Gw beragama, tapi ga benar-benar memaknai arti beragama.

Nasionalisme! Mau aja dibegoin penguasa

on Senin, 03 Mei 2010


Siph! Kebiasaan nonton film di tengah malem. Dan malam ini nonton Mulan. Tau dong film Mulan? Seorang wanita yang sembunyi-sembunyi jadi laki-laki untuk masuk ke kamp tentara demi menggantikan bapaknya yang sedang sakit. Yang gw tonton film versi manusiannya. Sangat berbeda dengan versi kartunnya. Mmm… lebih masuk akal. Ga pake kuda dan belalang yang bisa diajak bicara apalagi naga yang ga jelas! Hahahaha
Kalo di versi kartun yang lebih ditonjolkan  heroisme wanita yang ga kalah sama laki-laki. Sementara versi manusia cukup lebih kompleks, mungkin karena yang bikin dah tau penontonnya cukup mengerti heroisme Mulan, jadi film versi manusianya lebih menonjolkan feminisme seorang pemimpin wanita.
Layak tonton lah! Lumayan!!!
Oke,this’s not the point!
Intinya gini. Nasionalisme. Sering banget ya dengarnya. Yang terbayang langsung bangsa, negara, perjuangan, pengorbanan, tumpah darah. Wah, pokoknya tanpa pamrih-lah. Nasionalisme, sifat menasional. Usaha-usaha menjaga dan mempertahankan keberadaan, masa depan, eksistensi suatu negara.
Di film Mulan. Sebuah negara mengalami keterancaman atas negara lain, ujung-ujungnya perang. Dipanggil-lah rakyat jelata untuk ‘membela’ tanah air. Tanah air. Negara. Bangsa. Sebuah wilayah yang sebelumnya didominasi/ditinggali oleh sekumpulan orang, akhirnya dikotak-kotakkan oleh mereka. Diakui sebagai hak milik. Mereka mulai membentuk pemerintahan – system dll. Dan kemudian muncullah kompetisi. Tuntutan untuk menujukkan wilayah mereka lebih baik dari wilayah lain. (tanpa bermaksud men-general-kan) keinginan menunjukkan eksistensi muncul dari penguasa-penguasa, sebagian ada yang ingin dikenang sebagai penguasa berprestasi, ada juga yang emang diotaknya cuma mau jadi nomor satu, atau juga memang cuma mau seneng-seneng. Yah, intinya ego negative pribadi penguasa. Terus penguasa-penguasa ini berusaha menanamkan nasionalisme ke para rakyat, tentu dengan berbagai macam dalih. Rakyat jelata bodoh, dimain-mainin mau. Disuruh perang buat ‘membela’ Negara, mau.
Negara adalah simbol buatan manusia untuk menunjukkan keberadaan suatu wilayah yang sebelumnya dianggap hak milik. Layakkah simbol-simbol itu dipertahankan dengan nyawa?
And I say, NO!

Badai di Nangor!

on Minggu, 11 April 2010


14.00 WIB
Tiba-tiba angin kencang disertai hujan menghampiri Jatinangor. Kaget juga gw. Jendela sampe kena air hujan, barang-barang di luar kamar langsung pada basah. Untungnya beberapa barang sempet dimasukin. Kalo diinget-inget dulu juga pernah badai angina kayak ini terjadi di Jatinangor, mungkin lebih parah dari tadi siang.
Ga sengaja waktu mau duduk pantat gw nyenggol penahan jendela. Penyok!!! Inisiatif dong gw, langsung benerin. Sekuat tenaga balikin penahan keposisi semula, tiba-tiba. Tak!!!
Waduh.. Ko besi begini patah gara-gara tenaga gw. Jadi merasa punya tenaga kayak super hero gini. Ahahahaha

18.00 WIB
Karena ada yang perlu diprint jadi gw ke luar kosan. Liat sana-sini habis badai. Wuiiihh.. ada papan roboh, padahal ditahan pake besi, tetep aja ga kuat nahan angin kenceng.
Beberapa hari yang lalu, setelah hujan. Jatinangor dimanjakan dengan panorama pelangi di senja hari. Mereka yang melihat setuju itu sore yang indah. Dan sore ini, setelah badai. Jatinangor dimanjakan dengan panorama langit oranye senja. Mungkin tidak seindah waktu itu tapi gw jadi pingin moto, sayang udah keburu malem waktu gw baik ke kosan. Huhuhuhu
kalo emang bener gw dah punya kekuatan super hero rasanya gw mau terbang menikmati senja ini.. *cieelah…. Gaya lu dah!

Tikus = Tempat Sampah

on Senin, 29 Maret 2010

Sebelum liburan semester kemaren gw dapet kabar baik, tapi ga tau juga sie bisa disebut baik ato justru kabar 'Huuuaaaaa!!!!'. Dua proposal PKM-P yang diajuin ke Dikti lolos didanai, dan keduanya berurusan dengan yang namanya tikus. Hiiiieeee.... Megang mencit waktu praktikum reproduksi ternak aja ga berani apalagi tikus (rat) yang segede tikus got.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sudah satu minggu 15 ekor tikus nginep di kosan gw. Enam hari di dalam kamar. Huwweee', baunya ga nahan! akhirnya hari minggu bikin kandang bwt ditaro di luar. Dan pernapasan gw bisa puas menghirup udara segar. hehehe
sehari sebelum dibwt kandang diluar, tikusnya sempet gw taro pake kandang bekas kelinci. Minggunya, setelah dipindah ke kandang baru .... Lho! ko kurang satu..bingung lah kita bertiga. Malemnya temen kosan bilang kalo ngeliat tikus putih, sambil parno nyeritainnya katanya takut kayak tikus raksasa di film2. *emangnya tu tikus mutasi! hahaahaha


Hari ini ternyata sang tikus yang melarikan diri ditemukan di belakang kosan waktu mas Agus mau bakar sampah. Gw sama Mang2 nguber-nguber ni tikus ada dimana, sambil teriakan mas Agus dan Ibu kos menemani, "Ada ga!!". *sabar woi!


Ternyata sang tikus ngumpet di dalem tempet sampah. dengan badan putih dan mata merahnya. Wuiiihhh... bener juga kata temen gw, kayak di film2 fiksi ilmiah gitu.. ahahahaha


Beberapa persepsi kita terhadap tikus:
1. Tikus itu jorok.
2. Mainannya di tempat sampah.
3. Pembawa penyakit.
4. Pokoknya ada tikus, GEBUK!!!


Tapi, yang gw yakini tantang tikus tentu bukan ketiga hal itu.
  1. Tikus itu hawan bersih. Lho! Tikus memiliki kebiasaan bebersih seperti kelinci atau kucing. Ngejilat bulunya, sebagai upaya mandi. *kakinya ga bisa megang gayung kali, jadinya dijilat...
  2. Tikus bukan lagi main di tempat sampah. Dia lagi nyari makan. Maklum manusia suka buang bahan organik yang bisa dimakan tikus, makannya dia ke sana. Lagian hewan kayak tikus ga suka tinggal di tempat lembab kayak tempat sampah.
  3. Semua hewan bisa jadi pembawa penyakit. Maka dari itu kalo melihara hewan kebersihan harus dijaga dengan baik.
  4. Eiittt,,, ada tikus cukup ambil ekornya dan angkat. Simpel kan!!! Tapi perlu diperhatikan cara ini lebih mudah diterapkan pada tikus jinak karena kalo tikus liar baru dideketin dah kabur. Capek nguber2nya juga.
nb: tikus di gambar 2 kotor ya? itu gara2 gw naro 15 ekot tikus dalam kandang kecil.. sekarang dah lumayan lebih bersih.------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rencananya gw mau buat jurnal PKM-P, tapi sampe sekarang belum terealisasikan. Dan beberapa hal tidak tercatat jadi dah keburu lupa. Yah, semoga posting ini bisa mengingatkan gw buat nulis jurnalnya. Amin...

Menjadilah ku

on Selasa, 09 Maret 2010

Terjun bebas.
Terhempas tanpa penghalang.
Terjun bebas.
Terombang-ambing tanpa pengendali.
Sebuah kebebasan.
Sejenak.
Sebelum menyentuh tanah.

         Habis sudah. Tiadalah arti pikiran positif selama perasaan negatif mendampingi. Hidup dalam ke-naif-an. Bak berjalan dalam labirin. Bertindak dalam ke-munafik-an. Bak meminum kopi.

Apakah kalian mengerti aku?
Apakah kalian mau mengerti aku?
Aku tau, aku bukan apa-apa.
Hanya orang bodoh yang sok tau.
Hanya seorang yang naif.
Sekaligus munafik.
Ya.
Tapi, terimakasih.
Kalian menyadarkan ku dalam kegelapan dan tipu daya.
Aku tau siapa aku.
Setidaknya.

Kenangan ku...

on Jumat, 05 Maret 2010

Ku teringat pagi yang spesial itu. Di sekolah alam, berdiskusi ringan dengan para sahabat yang luar biasa. Saat muka kami kusut belum mandi, tapi semangat pagi telah menyeruak untuk ngobrol-ngobrol.
...: "mempelajari filsafat itu padahal penting ya."
...: "tapi anehnya, banyak orang yang tidak mau."
...: "mungkin takut?"
...: "Hmmm... ga ada yang salah dengan filsafat."
...: "belajar filsafat itu ibarat bermain di atas tebing! jika bermain-main di pinggir, hati-hati! bisa jatuh. karena itu kita harus ditengah agar aman."
...: "berarti belajar filsafat itu jangan sedikit-sedikit ya? harus sampai mendalami."
...: "nah, mereka yang belajar sedikit-sedikit itu yang paling berbahaya."
entah apa yang ada di pikiran kami pagi itu sampai-sampai membicarakan filsafat. memang kalian adalah orang-orang luar biasa.

Long Weekend

on Kamis, 25 Februari 2010


Long weekend akhirnya dateng juga.. Waaaahhhhh… Asik..
Setelah melewati beberapa minggu kebelakang hingga mengikis semangat. Long weekend ini harus bisa jadi ajang mengembalikan semangat. Pilihannya besok ketemu temen-temen SMA ato istirahat penuh.
Terakhir ketemu temen-temen kira-kira sebulan yang lalu. Enaknya ketemu mereka selalu ada yang bisa diomongin, nonton bareng. Wah, pokoknya bisa ngilangin setres dan jenuh.
Kalo milih istirahat. Alhamdulallah, badan ini sudah mulai minta istirahat. Meriang-meriang sedikit dari empat hari yang lalu, sekarang malah udah mulai gemeter-gemeter kayak Hp. Gerrr…gerrr…... Udah lama juga si ga sakit. Lumayan lah kalo sakit jadi bisa istirahat abis-abisan.
Keliatannya bakal milih istirahat aja ni. Tapi kalo istirahat tiga hari, gimana caranya y semangatnya bisa balik. Mmmm… (mikir)
Oia, sebenarnya ada pilihan satu lagi. Tapi kalo pilihan ini dipilih nanti ga jadi pulang ke Jakarta. Pilihan ketiga ini yaitu ikut musyawarah mahasiswa UNPAD. Kalo ini gw yakin bisa ngembaliin semangat karena mungkin bisa ketemu temen-temen Upgrading BPM UNPAD yang memiliki karakter individu-individu yang luar biasa. Rindu mereka, kangen mereka, ingin bertemu mereka. Tapi gw  perlu sekali pulang.
Gimana ya??? 
Besok pulang deh, soal mengembalikan semangat akan ku cari solusinya.
Aaaahhhhhhh………
Seandainya aku ada di puncak gunung. Aku ingin melegakan diri dengan teriakan.
Terimakasih Tuhan, Kau berikan kehidupan yang unik ini.

Kamis,24 Februari 2010
Di kosan, Jatinangor

Minggu yang Seru!


Minggu ini aneh banget.

Setelah melewati minggu menantang untuk menyelenggarakan seminar, minggu ini dilewati dengan tantangan menyelenggarakan pemilihan presiden BEM UNPAD. Gw berharap banget bisa banyak membantu, tapi kenyataannya kewajiban akademik memberi halangan. Mestinya bukan alesan, tapi ini beneran tidak terelakkan.

Nah, di minggu ini gw tersadarkan kemampuan-kemampuan dosen di kampus gw. Agak terkejut juga menyadarinya. Hahaha

Pagi itu ada kuliah tambahan. Dosennya jaga-jaga kalo dia ga bisa ngajar udah ada penggantinya dari sekarang. Hahaha, kreatif dah. Ternyata kuliah tambahan ini dia juga ga bisa hadir, jadilah dia minta tolong dosen lain. Gw dah sering liat ni dosen tapi belom tau kualitas dia dalam kuliah. Bukan mau ngetes beliau, tapi emang ada hal yang ingin ditanya. “Pak, kenapa sisa-sisa residu ayam disimpan atau tertimbun di paha ayam?” Tanya gw. Gw langsung mengamati perubahan wajahnya, muka mikir tapi sadar ga ada jawaban. Yah, ujungnya dia cuma mengulang dan menambahkan pernyataannya tentang residu dalam paha ayam tapi tidak menjelaskan penyebabnya.

It’s oke-lah pak, kita sama-sama belajar.

Ada lagi waktu seminar (ini ceritanya dosen yang lain). Waktu beliau menjelaskan tentang perencanaan bisnis. Sesi tenya jawab dibuka, kemudian ada peserta yang nanya, “Pak, data-data yang bapak sebutkan tadi sumbernya dari mana?”. Wah, perubahan wajah yang mencerminkan mencari jawaban itu kembali ku lihat. Ada lagi yang nanya, “Pak, saya yakin ada mindset tertentu dalam pikiran orang sukses. Mindset apa ya, Pak?” bingung lagi deh si bapak. Makasih ya Pak udah sharing ilmu ke kita.

Ada lagi yang lain, seperti ternyata dosen bisa dipancing untuk bicara salah, ato ternyata mereka juga bisa bingung dengan pertanyaan yang berputar-putar. Nah, sayangnya mahasiswa belum terlalu berani mengeksplor hal ini. Sambil jalan bisalah nanti. xp

Ada lagi yang keren. Dosennya mengakui ketidaktahuan atau kekurangan pemahaman beliau. Yah, apapun itu. Ayo semangat berkembang para sahabat.

Itu baru dari dosen-dosen. Belom keanehan waktu rapat, presentasi, tugas kuliah. Wah, pokoknya sering bikin saya cengar-cengir sendirian. Tapi jangan bilang gw gila lho.

Kamis, 24 Februari 2010
Di kosan, Jatinangor



Penentang

on Senin, 15 Februari 2010

Penat rasanya hari ini. Tanggung jawab, kewajiban, tekanan telah menguras pikiranku. Aku ingin rehat malam ini. Mengembalikan motivasiku, semangatku, yang sedang terkikis. Aku khawatir esok tidak ku lewati dengan baik jika malam ku lewati dengan tidur begitu saja.

Beberapa film dalam hardisk komputerku perlu ku geledah. Aku ingin menonton hanya satu film dan berharap ada yang dapat menyadarkanku.

Entahlah GIE yang ku pilih, mungkin aku rindu perjuangan, idealisme, pemikiran kritis, kesadaran.

Tibalah aku mengingat minggu-minggu ini, aku terlalu menjadi seorang counter. Aku ingat salah satunya, kemarin aku mengkritik habis post seorang sahabat blog tentang hari Valentain. Cukup membuatku sadar komentarku telah mencapai SARA.

Maaf jika komentarku itu terlalu SARA. Aku hanya ingin menunjukkan menentukan benar atau salah itu bukan suatu hal yang ringan. Memang terlihat begitu mudah ketika kita hanya melihat dari satu sisi, maka dari itu aku ingin menunjukkan dari sisi lain. Aku takut ketika teman-teman merasa menjadi orang paling benar, teman-teman menjadi radikal. Sebelum itu terjadi, aku akan memperlihatkan hal-hal yang salah dari sudut pandang berbeda. Menanamkan pemikiran berbeda, sehingga teman-teman menemukan penyeimbangan.

Aku bukan orang paling benar. Setiap tentanganku pasti selalu bisa dibantah juga, kok. Tenang saja.

Aku tau pendapat orang tentang counter. Tukang cari kesalahan. Tidak berani mengambil pilihan benar atau salah. Sok tau. Aku katakan itu benar, tidak terbantahkan. Counter harus sok tau, pintar mencari kekurangan, berada di jalur tengah ketika menentukan karena terlalu melihat secara objektif. Buatku itulah keseimbangan.

GIE, menjadi film yang sangat kompleks. Setiap menontonnya selalu ada yang ingin dibahas. Rasanya post ini tidak cukup membahasnya. Tema, pemikiran, asal-usul. Butuh beberapa post.

Selesai sudah GIE ku tonton. Apa tanggung jawab, kewajiban, tekanan telah hilang? Tentu tidak. Besok aku akan menghadapinya lagi. Biarlah. Aku hanya akan menjalaninya sebisa ku.


Sumber gambar : http://ms.langitilahi.com/sirah-dia-contoh-untuk-manusia-berdosa/




Grave of The Fireflies : Where is Mama?

on Rabu, 03 Februari 2010

“September 21, 1945, that was the night I died”. Tak lama seorang anak meninggal di sebuah stasiun kereta api. Tahun 1945 adalah tahun kekalahan jepang dalam perang dunia ke-2. Lalu sejauh mana hal tersebut berimbas pada penduduk jepang? Maksud saya, bukan imbas dari kekalahan perang tetapi imbas dari sebuah perang.

Film animasi 2 dimensi atau yang dikenal dengan sebutan manga di jepang menyajikan drama kehidupan kakak-beradik yang berusaha hidup dalam kondisi peperangan. Apakah mereka memahami peperangan? Tidak. Yang mereka tau bagaimana tetap dapat menjalani hidup dengan kebahagiaan.

Full flashback, yap, film ini adalah flashback dari anak yang meninggal di stasiun kereta api, anak lelaki itu bernama Seita (lupa nama lengkapnya!). Seita dan Setesuko sang adik tinggal bertiga dengan ibu mereka. “Be a good girl, Setsuko”, merupakan pesan terakhir sang ibu sebelum meninggal akibat tubuhnya terbakar ketika penyerangan. Meninggalnya sang ibu memaksa anak-anak ini hidup bersama bibi mereka.

Perang telah membawa kehidupan baru pada Seita dan Setsuko. Seperti sebuah kehidupan yang belum layak untuk mereka jalani. Saat anak seumuran mereka tertawa lepas, barmain, berlari. Terlintas anak-anak jalanan yang kehilangan masa kecil dalam pikiran saya. Tentu tidak ada orang yang mengingikan kondisi seperti itu, kehilangan masa tertentu dalam hidupnya. Tapi ada orang yang harus mengalaminya. Film ini tidak hanya menunjukkan buruknya peperangan, tetapi memperlihatkan kehidupan anak-anak jalanan yang tidak berdaya. Sangat merubah pandangan saya terhadap anak jalanan.

Saya teringat pada sebuah cerpen mengenai kunang-kunang. Mitosnya kunang-kunang adalah jelmaan dari manusia yang meninggal. Saya kira hanya di Indonesia ada mitos seperti itu, ternyata saya melihat mitos itu seperti tepat pada film ini. Saat perang banyak jiwa melayang dan banyak kemunculan kunang-kunang disekelilingnya. Seperti ketika ruh Setsuko ruh Seita bertemu, kunang-kunang mengelilingi mereka.

Mmmm….

Kapan ya saya terakhir kali melihat kunang-kunang?